Filosofi Pandawa Lima: Simbolisme Rukun Islam dalam Wayang Jawa
sharegapps.com. Sukabumi
Wayang di Nusantara, khususnya di tanah Jawa, menjadi alat dakwah yang sangat efektif bagi Sunan Kalijaga dalam menyebarkan ajaran Islam. Beliau menggunakan kisah-kisah dari Mahabharata dan Ramayana sebagai media penyampaian ajaran agama, dengan cara mengemasnya ke dalam bentuk kesenian tradisional yang dikenal sebagai wayang.
Kedua kitab ini sebenarnya ditulis oleh pengarang yang berbeda; Mahabharata ditulis oleh Vyasa Krisna Dwipayana sekitar tahun 400 Masehi, sementara Ramayana ditulis oleh Resi Walmiki. Namun, di tangan Sunan Kalijaga, kedua cerita besar ini dapat disatukan dalam satu kisah pewayangan. Keunikan ini memperlihatkan kemampuan Sunan Kalijaga dalam mengintegrasikan nilai-nilai ajaran agama dengan budaya lokal, sehingga wayang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga sebagai sarana pendidikan dan tuntunan hidup.
Filosofi Pandawa Lima dalam Rukun Islam
Sunan Kalijaga menggunakan tokoh-tokoh Pandawa Lima untuk menggambarkan Rukun Islam yang berjumlah lima. Berikut adalah filosofi dari setiap tokoh Pandawa Lima dalam kaitannya dengan Rukun Islam:
- Puntadewa (Yudhistira) – Sahadat
- Puntadewa dilambangkan sebagai Syahadat, karena karakternya yang jujur dan selalu tunduk kepada kebenaran. Ia digambarkan selalu menunduk, melambangkan pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Ajian Jamus Kalimasada yang dimilikinya mengacu pada kalimat syahadat, yang menjadi fondasi iman seorang Muslim.
- Werkudara (Bima) – Salat
- Werkudara melambangkan Salat. Ia dikenal tidak bisa berbicara dengan bahasa halus (ngoko), dan selalu berdiri. Ini menggambarkan bahwa salat adalah kewajiban bagi setiap Muslim, tanpa memandang status sosial, usia, atau jenis kelamin. Salat lima waktu harus dilakukan dalam kondisi apa pun, kecuali saat seorang Muslim telah meninggal dan disalati.
- Janaka (Arjuna) – Zakat
- Arjuna dilambangkan sebagai Zakat. Dikenal sebagai sosok yang tampan dan disebut Lelananging Jagat (lelaki paling tampan di jagat raya), ini menggambarkan zakat sebagai tindakan yang indah dan bermanfaat. Zakat adalah kewajiban yang membersihkan harta dan perbuatan seorang Muslim, serta menolong sesama.
- Nakula – Puasa
- Nakula melambangkan Puasa. Filosofi ini diambil dari kesamaan dalam hal kewajiban dan keindahan tindakan berpuasa bagi mereka yang mampu secara fisik dan finansial.
- Sadewa – Haji
- Sadewa melambangkan Haji. Sama seperti puasa, haji juga memiliki posisi yang sama pentingnya dalam Islam, dan hanya diwajibkan bagi yang mampu. Kedua tokoh kembar ini, Nakula dan Sadewa, menggambarkan hubungan erat antara puasa dan haji dalam kewajiban agama Islam.
Melalui filosofi ini, Sunan Kalijaga berhasil menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang halus dan mengena di hati masyarakat Jawa. Wayang menjadi lebih dari sekadar hiburan; ia menjadi tontonan yang mengedukasi dan tuntunan yang memberi arahan bagi kehidupan sehari-hari. Kesenian ini menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya adiluhung bangsa Indonesia, memberikan manfaat yang mendalam baik sebagai hiburan maupun sebagai sumber ilmu yang memperkaya kehidupan.
sumber: FB. Karya Budaya Bangsa
(red)